{[['']]}
Keempat perempuan tersebut adalah Bia, Tata, Sari dan Anin. Kecuali Anin, tiga perempuan lainnya mengenakan hijab dengan gaya yang berbeda-beda. Bia yang merupakan seorang desainer dan bersuamikan artis memilih memakai jilbab yang fashionable. Kemudian Tata, istri seorang fotografer, memilih menutupi rambutnya yang botak dengan turban. Sedangkan Sari yang bersuamikan seorang lelaki keturunan Arab kolot membalut tubuhnya dengan jilbab syar’i.
Hanya Anin sendiri yang memilih untuk hidup bebas. Dia sama sekali tidak mau berjilbab dan tidak mau menikah. Sama seperti Anin, dulunya Bia, Tata dan Sari juga merupakan perempuan-perempuan yang mandiri. Namun, setelah menikah mereka menjadi isteri yang “ikut suami” dan berada dalam kondisi tidak berdaya dengan pilihan-pilihannya sendiri. Mereka pun mempunyai banyak keluhan seperti para istri lainnya yang tidak terakomodir oleh suami-suami mereka.
Pada akhirnya, Bia, Tata, Sari, dan juga Anin memutuskan jalan sendiri untuk membuka sebuah bisnis hijab secara online. Tentunya hijab sebagai fashion. Bia bertugas sebagai desainernya, Sari mengelola keuangan, sedangkan Tata dan Anin sebagai marketingnya. Dalam tiga bulan saja, bisnis mereka pun naik daun. Apalagi, fashion hijab memang sedang menjadi trend di Indonesia. Mereka berhasil membuktikan bahwa mereka bukan tipe perempuan “ikut suami”.
Hebatnya, penghasilan mereka bisa melebihi para suaminya. Namun, tanpa disadari para suami merasa gengsi dan terancam. Kondisi ini pun menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka menjadi retak. Apakah mereka akan tetap melanjutkan bisnis tersebut dan mengorbankan keluarga? Atau memilih kembali menjadi istri yang “ikut suami”?
Posting Komentar